Opini
BUDAYA
YANG TAK DIBUDIDAYAKAN
Lorensius Irjan Buu
Dalam
peradaban modern sekarang ini, banyak kontaminasi budaya eksternal yang
mempengaruhi budaya internal. Efek westernisasi yang melejit pesat kian
mengarungi sendi-sendi kehidupan masyarakat. Tingkat perhatian dari pihak yang berwenang untuk
menanggulanginya, seperti menemukan jalan buntu. Hal ini menimbulkan pertanyaan,
kemana arah pencanangan sejumlah aturan yang tertera dalam dogma-dogma
institusi, lembaga atau organisasi tertentu. Seperti menelanjangi budaya
sendiri, maraknya seks bebas, miras (minuman keras), kekrasan dan penganiayaan, dan narkoba yang mewabah dalam sekejab.
Sepengetahuan
saya, masing-masing daerah dengan ikatan budaya yang telah dirajut menjadi satu budaya komunal di Nusa Tengara Timur (NTT), telah
mengajarkan bagaimana berbudaya yang baik. Perihal ajaran moralitas dengan
prosesi kulturalisasi. Inilah yang menjadi kekuatan bagi setiap insan. Dalam
ajaran adat istiadat tidak menggunakan dogma sebagai panduan utama, tetapi
kesadaran dan ikatan kulturalisme dengan segala bentuk pemujaan, sesajian dan
tertib dalam kekhusukan seremonial. Sesuatu yang bernilai luhur, adalah ikatan
kesetiaan terhadap budaya adat istiadat. Adalah merupakan suatu yang luar
biasa, jika setiap insan mampu bergelut dalam kesetiaan budayanya sendiri
dengan memperhatikan term-term gejala
modernisasi. Nenek moyang/para pendahulu serta para budayawan
telah
mewadaskan dan tidak
mengajarkan sesuatu yang salah, apalagi yang bersifat melanggar aturan. Setiap
budaya di NTT mempunyai aturan yang ketat dan
jika melakukan kesalahan yang merujuk pada liang lahat tabu atau haram, tak ada komporomi
berlanjut. Aturan bersifat mutlak. Itulah yang perlu ditegakkan di masa
sekarang. Berawal dari tindakan pengremehan, akan menjadi suatu habitus yang
dientengkan di masa yang akan datang.
Tanpa
disadari, budaya di NTT perlahan digerus oleh percikan-percikan budaya dari
luar. Gejala seperti ini berkecimpung dominan di kalangan remaja. Memang sulit
diatasi, karena melihat dari sisi psikologi adalah masa-masa labil. Banyak
kasus yang mengatasnamakan remaja dengan modus kasus seperti miras, seks bebas
dan narkoba,
tawuran dan penganiayaan.
Entah bermula dari mana langkah awal yang harus ditempuh, tembok yang menjadi
penghalang begitu gampang dirobohkan. Reparasi moral perlu ditata dari dini.
Himbauan ini sebagai bentuk keprihatinan insan yang memperhatikan. Norma-norma
dalam adat istiadat diperlakukan sebagai anak tiri dan mengabaikan segelintir
aturan yang tertera pada lembaga atau intitusi tertentu yang mengatur. Ini
tampak seperti kecolongan terhadap budaya, hanya turut partisipasi aktif dalam aluran arus zaman.
Budaya
yang baik dan beradab hanya terngiang dalam pikiran, terumus dalam sejumlah
rangkaian wacana dan pelak dari sesuatu yang dikatakan sebagai tindakan nyata.
Sulit sekali bahkan boleh dikatakan ruwet untuk mengatasi. Kekuatan sebagai
sandaran dan perihal implementasi akan mampu ditampakkan apabila sosok
keberadaan zaman yang sedang melaju kencang pada rodanya, dipantau dan
dirasionalkan sebagaimana mestinya. Siapa saja boleh turun tangan, karena ini
adaah tanggung jawab kita bersama. Pantang menyerah dan berusaha mengalahkan
diri sendiri
dari tantangan modernisasi perlu dibuktikan dan tidak hanya sebatas sosialisasi
dini dan serangkaian metode serta teori yang dikemukakan dengan iringan publikasi,
sejalan dengan mempublikasikan diri sebagai pembicara hebat, tapi buahnya
nihil.
Bandingkan
dengan budaya-budaya lokal di sejumlah wilayah atau pedesaan di NTT. Salah satu
budaya yang sangat tajam (tidak menutup kemungkinan budaya di daerah lain), budaya Ja’i dari daerah Ngada dan
Nagekeo. Apa yang bisa dipetik dari budaya ini? Pelestarian yang boleh
dikatakan sudah mencapai tingkat kulminasi. Budaya Ja’i ini sudah menjadi
santapan massa di kala pesta dan acara-acara lainnya. Lantas apa kaitannya
dengan budaya di era modern sekarang ini? Insan-insan yang tak merasa siapa
dirinya dan dari mana asal ia lahir dengan budaya yang telah melekat sejak
dini, mengabaikan dengan kepolosan acuh tak acuh. Relevansi nilai budaya lokal
dengan budaya di era modern seakan-akan menjadi sebuah tabrakan dan
berlomba-lomba mengukir sejarah privasi atau komunal demi labelisasi dan
pencarian ketenaran. Budaya lokal tetaplah budaya yang membatu dan memegang hak
mutlak. Budaya modernisasi lebih menekankan reputasi untuk sesuatu yang
bersifat komersial dan jika dikaji dari tingkat kelayakan konsumtif, budaya
modern hanyalah sebagai budaya modifikasi dengan memangkas sejumlah aturan pada
budaya lokal. Tindakan ini adalah suatu penyimpangan karena adakala tidak menerima aspek dan nilai dari
budaya yang orisinal.
Lembaga yang berwenang menanggulangi penyimpangan dalam budaya,
semestinya tidak mempertimbangkan dan menciptakan teori komparatif baru yang
inovatif diskursus. Budaya teaplah pada pendiriannya sebagai fondasi budaya
yang berelemen kekhasan lokal sebagai warisan dan kekayaan lokal, bukan
memperkaya dengan kombinasi serta intervensi budaya modernisasi sepihak dan non-selektif. Kearifan lokal akan lebih
mencuat dari porsi budaya. Kebijaksanaan lokal muncul karena ketaatan terhadap
budaya setempat dan tidak mengintervensi dengan budaya modern yang terkadang
tak jeli melihat efek dan kelemahan moral yang pad akhirnya membunuh budaya
sendiri di kemudian hari. Para leluhur sudah memandatkan warisan budaya sebagai
pegangan setiap insan untuk menjadi panutan dalam realitas hidup, sedangkan
budaya modern yang sedang melaju, kalau disadari secara intensif, budaya
tersebut adalah alat pancing dengan umpan yang menggiurkan. Maka, lahirlah
hedonisme yang menjadi biang kreasi yang non-progresif.
Budaya kita, tetaplah budaya kita dan budaya sendiri yang tertanam
semenjak leluhur wariskan kepada kita. Perlu ada normalisasi yang ketat untuk
kemabli memajukan budaya kita, budaya kearifan lokal di Nusa Tenggara Timur
sebagai kekuatan dan pegangan demi kemajuan daerah, moralitas yang tergerus
masa bahkan mati suri. Bangsa yang berbudaya adalah bangsa yang bermartabat,
bangsa yang berkualitas dalam kearifan lokal, bangsa yang taat terhadap adat
istiadat. Hemat saya, apapun yang menjadi santapan budaya lokal, perlu
dikembangkan dalam sistem jaringan luas, sehingga bukan hanya budaya luar yang
membangun jaringan tetapi budaya lokal juga yang sebenarnya sangat potensial.
Youtube - vimeo.com : Videos of the "Big Bang Theory" - Vimeo
BalasHapusyoutube.com: Videos of the "Big Bang Theory" by Videos of the "Big Bang Theory" by Videos of the "Big Bang Theory" by Videos of the "Big Bang Theory" by youtube mp3 Videos of the "Big Bang Theory" by Videos of the