Opini…
REPARASI PERCATURAN POLITIK
Berbicara soal politik, masih
bertautan erat dengan kinerja politikus-politikus. Bahasan politik mencakup
region yang universal atau mengglobal. Metode
ekstemporan (secara garis besar), memaparkan kinerja politik Indonesia yang
lebih menitik-beratkan
pada sektor atmosfer formalitas, artinya hanya professional untuk menggoreskan
pena di atas lembaran-lembaran atau dokumen-dokumen (planning). Planning, patut kita acungkan kedua jempol (two thumbs up). Tapi, ini masih belum mencapai titik balance ( keseimbangan) yang ideal dan legal. Disini
membutuhkan pengabulan dari planning yang telah dicanangkan bersama untuk
pencapaian target aktualisasi nyata (realita). Kinerja untuk menerjemahkan
planning, dilihat dari kelazimannya, masih belum matang dan bahkan masih
berusia dini. Tahap transisi pun hanya beberapa insan yang betul-betul menghayati kesejahteraan sesama. Apalagi
tahap kedewasaan politik, membutuhkan insan yang mentalitas dan spiritualitas
respek menjadi pegangan utamanya. Kadang dalam percaturan politik, politikus
menerjemahkan planningnya dalam bentuk simpatik. Untuk lebih jauh bertindak
atau empati masih perlu banyak waktu untuk dipertimbangkan dan kalkulasi-kalkulasi,
khususnya kalkulasi dalam problem
financial.
Puncak permasalahan politik yang
lagi naik daun adalah masalah financial
dan ideology. Kompetisi yang begitu ketat kedua kubu ini menghasilkan
paradigma-paradigma baru dan kritikan-kritikan entah yang konstruktif maupun
destruktif. Obsesi politik financial
yang merajut para politikus sulit untuk dibendung lagi, karena dianggap sudah terintegralkan dalam diri. Rajutan
benang merah obsesi bila diputuskan tentu akan menimbulkan aksi-aksi yang
merugiakn moral diri dan material. Karena ini merupakan kompetisi ketat yang
secara tak kelihatan diboncengi dengan
emosional secara fisik. Semuanya tak mau mengalah, dan mempertahankan ideology
masing-masing setiap sector. Juga kadang melibatkan peran belakang layar yang
sudah siap siaga dengan strategi-strategi matang. Disinilah letak
ketidakmurnian dunia politik. Sehingga bukanlah hal yang salah kalau public
berasumsi bahkan memvonis kalau kinerja dari strategi politik itu
perlu direparasi. Tanggapan sebagai reaksi prihatin dari public sering
diabaikan. Kadang memandang rendah opini pemain-pemain kecil, karena jabatan
atau profesi yang digelutinya.orang mungkin menganggap dirinya telah hebat dan
mampu untuk berjuang sendirian, tanpa ada kontribusi-kontribusi sederhana dari
para pemain kecil yang mungkin saja opini itu bersifat membangun dan menampilkan kadar kesuburan
lahan politik.
Legitimasi politik yang telah
dicanangkan dalam negosisasi atau perundingan bersama kadang dalam
pelaksanaannya melibatkan pikiran dan tindakan improvisasi konyol. Sadar atau
tidak sadar, perilaku ini telah
menghujat managemen politik legal itu sendiri. Sorotan problem politik masa
kini, yang senang menunjukan batang hidungnya di mata public adalah, tingkat
perhatian dan respek terhadap masalah kemajuan region-region tertentu yang
sering dianak tirikan. Sungguh kasihan hidup tanpa ibu, tak ada ASI yang
dinikmati untuk kesehatan tubuhnya. Siapakah yang akan mengasuhnya dalam
untaian belas kasih murni? Aku? Kamu? Kalau aku, yah maaf, aku masih mengurus
keluarga saya dulu. Kalau kamu, ah, biar aku dikte saja, diakan anak buah
saya. Ada ungkapan klasik yang telah
dibalik faktanya, ringan sama dijinjing, berat kamu yang pikul. Reputasi
politik dinaikkan karena system dikte dan otoriter. Apakah harga dirimu adalah
harga diriku juga? Apakah harga diriku berada dalam harga diriku?
Tujuan dasar alur politik adalah mensejahterakan kehidupan
masyarakat luas, bukan disejahterakan. Jika dikaitkan dengan analogi rasional
praktis, rumput mencari kuda atau sebaliknya? Kadang tujuan politik mensejahterakan
masyarakat luas, dipersempit untuk masyarakat super lokal, alias keluarga.
Orang biasa memberikan labeling,
nepotisme. Nepotisme ini tak
terlepas dari tindakan korupsi. Dan korupsi sudah dianggap sesuatu yang banalitas.
Kapankah reformasi politik Indonesia betul-betul optimal? Komitmen,
prinsip, visi,dan misi jangan sekedar bersifat representative nama baik
instansi, sehingga mempunyai dedikasi yang kredibilitas. Indicator politik
merupakan pokok bahasan kita bersama, dimana kita berintervensi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Setiap sub indicator politik setiap insan harus
mampu mencari solusi yang rasional legal. Kesulitan adalah habitus. Butuh
sesama untuk menghidupkan kembali mesin politik. Bukan berarti kita membutuhkan
jasa sesama untuk berotoriter, tapi menjalin etika kerja yang ideal, etika
membantu tanpa pamrih. Pola pikir dan daya kreatif harus sejalan, agar
kolaborasi diantara keduanya mampu memberikan solusi terbaik dan handal.
Kembali pada sistem politik yang
mayor pada bidang financial. Sering orang menjadikan uang sebagai raja dunia,
dan mungkin sudah menjalar luas di pelosok-pelosok lokal. Yang lebih berharga
diantara keduanya tentu harus di prioritaskan. Kompetisi ketat ini sudah menguak lebar walaupun ditutupi dengan
dominasi ideology dan paradigma. Tapi, yang tak kelihatan secara langsung jauh
lebih dominan ketimbang ideology. Sehingga tak heran kalau untuk bisa menempati
kursi emas jabatan harus dilatarbelakangi financial. Zaman edan sekarang telah
dibuka terobosan baru, kalau ideology seseorang bisa digadai dengan uang,
karena ada asumsi, uang adalah raja dunia, dan memberikan “jaminan- jaminan”. Jaminan-jaminan disini perlu kita
generalisasikan, apa jaminan bermutu atau jaminan ragawi? Skema karya politik
sebenarnya tak terpisahkan dari intervensi rohaniah dan batiniah. Kelihatannya
sekarang, etos kerja ragawilah yang menutupi etos kerja moral dan
spiritualitas,serta mentalitas diri. Introspeksi
diri, melihat diri lebih jauh, bagaimana pengalaman-pengalaman karir selama
ini. Dan harus selipkan waktu untuk evaluasi intrapersonal dan evaluasi interpersonal (komunal). Sehingga dengan
itu fraternitas dalam karir menjadi
lebih terdidik dan membawakan kematangan emosoinal. Dan mungkin system otoriter
ala NAZI pelan-pelan mengalami degradasi. Puncak kesuksesan pun bukan lagi
sesuatu yang sulit untuk digapai. Etos kerja dan pengembangan ideology menjadi
lebih nyaman dan lebih terarah atau tepat sasar sesuai yang ditargetkan dalam
negosisasi. Tunjukkan budaya berpolitik yang bermoral dan menebarkan pesona
indah karya-karya anda semua. Sebelum Anda memperbarui atau mereparasikan
politik, terlebih dahulu Anda harus memperbarui diri Anda sendiri. Sebab
perubahan itu datang dari dalam diri Anda sendiri ( factor internal).
Diakhir kata, saya ingin
mempublikasikan sesuatu yang sudah dan sedang terjadi dalam percaturan politik
kita. Ini sebagai bahan refleksi untuk kita semua dan lebih dikhususkan pada
para politikus. Ini
bukanlah sesuatu yang destruktif tapi konstruktif. Tujuh dosa social yang
menggema menggelegar dalam tatanan karir kita: politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja, kesenangan tanpa suara
hati, pengetahuan tanpa peran, perdagangan tanpa moral, ilmu tanpa perikemanusiaan,
penyembahan tanpa pengorbanan.
Tujuan utama untuk hidup adalah untuk hidup dengan benar, berpikir benar dan
berbuat yang benar pula. Ikatlah semua kebenaran yang diakui oleh Sang
Kebenaran, agar hidup kita benar adanya. Sisipkan kepercayaan diri dan
optimisme, agar semuanya bisa berjalan dengan mulus.
Sekian.
Salam dari saya : Irjan Buu
Salam dari saya : Irjan Buu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar